Dompu – Anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Dompu, Wahyudin, mengajak para pemuda untuk berperan aktif dalam memerangi politik uang yang kerap menciderai proses demokrasi.
Ajakan ini disampaikan ketika menjadi narasumber dalam Simposium Pemuda yang digelar oleh Majelis Rayon Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kecamatan Kilo di Aula SMAN 1 Kilo, Sabtu (2/11/2024).
Acara tersebut mengusung tema “Pemuda & Pilkada, Masihkah Pemuda Menjadi Pelopor Perubahan” yang dinilai selaras dengan kondisi sosial dan politik saat ini.
Dengan gaya penyampaian yang lugas dan antusias, Wahyudin mengingatkan pentingnya kesadaran pemuda terhadap dampak negatif dari politik uang atau money politik.
“Politik uang ini sangat merusak, tidak hanya menggerogoti nilai-nilai demokrasi, tetapi juga menghancurkan tatanan politik yang sehat,” ucap Wahyudi.
Dalam paparannya, Wahyudin menekankan bahwa praktik politik uang akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang tidak memiliki integritas dan hanya berorientasi pada keuntungan pribadi atau kelompok.
Kata dia, politik transaksional semacam ini bukan hanya menjadi momok bagi perkembangan demokrasi, tetapi juga mengarah pada pembentukan pemimpin yang bermental koruptor.
“Pemimpin yang terpilih karena politik uang cenderung akan lebih memperjuangkan kepentingan pribadi, bukan kepentingan rakyat yang diwakilinya,” tuturnya.
Dikatakannya, pemuda memiliki peran penting sebagai penggerak perubahan dalam masyarakat. Sebagai kelompok yang penuh energi dan idealisme, pemuda memiliki kemampuan untuk menjadi pelopor dalam melawan praktik politik uang yang kian merajalela, terutama menjelang Pilkada.
“Saya mengajak pemuda untuk melawan politik uang, dan mulailah dari diri sendiri. Jika pemuda berani mengambil sikap, kita bisa mendorong terciptanya budaya politik yang bersih dan berintegritas,” tegasnya.
Menurut Wahyudin, pemuda seharusnya tidak hanya menjadi objek dalam proses demokrasi, tetapi harus mengambil peran aktif dalam memelihara kejujuran dan keadilan dalam proses pemilihan.
Dia berharap, melalui simposium ini, pemuda di Kabupaten Dompu dapat lebih kritis dan peka terhadap praktik-praktik yang menciderai demokrasi. (*)