Leader ala Ibu Jari Tangan
Oleh :
Muhammad A. Yahya
Menjadi pemimpin selayaknya kita belajar dari ibu jari tangan. Dari lagaknya saja gak ada secuilpun keinginannya membesar dan meninggi. Justru dia hadir untuk menopang dan mensuport bawahannya. Suport sistem adalah tujuan utamanya.
Tetapi jgn pernah berpikir ia akan mengambil beban kerja yg sedikit dan ringan. Justru beban kerjanya sebanding dengan seluruh beban kerja anak buahnya. Lihat saja, saat kita menggenggam sesuatu, sekuat apapun ke4 jari menggenggam tak akan lebih kuat dari kekuatan genggaman bila ibu jari ikut menggenggam.
Leader selayaknya ibu jari tangan mampu ‘menundukkan’ rasa egoisme anak buahnya melalui sentuhan secara personal.
“Na sarere saraaku lenga na”.
Kemudian menyatukan seluruh potensi, merekatnya dalam sebuah ikatan kuat genggamam. Bila ini diayunkan, maka target apapun itu pastu tumbang.
Dan yang pasti, leader ala ibu jari tangan itu unik. Saat dia tumbang, maka semua anak buah dan orang2 yg mengenalnya dr segala penjuru antero dunia akan bersimpati padanya. Mereka datang dgn hati tulus ikhlas ‘memeluk’ erat sang pemimpin semabri berbisik,
“Anda adalah leader terbaik yg pernah ada”. Atau “sungguh suatu kehormatan telah berjuang bersama anda”.
Sejurus kemudian kata2 ini terpatri dalam hati semua org yg memgenalnya, sehingga Tuhanpun berfirman kpd para malaikat “Lihatlah hamba terbaik-Ku itu. []