BerandaOpiniFakta Dibalik Kemunduran Lembaga Pendidikan Di Indonesia

Fakta Dibalik Kemunduran Lembaga Pendidikan Di Indonesia

Fakta Dibalik Kemunduran Lembaga Pendidikan Di Indonesia
Oleh :
Tri Safitri Ramadhani
Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Malang

Pendidikan merupakan langkah yang di tempuh oleh setiap manusia, pendidikan dihadirkan untuk mempermudah kehidupan manusia, serta mampu memahami dan mempelajari hal yang belum ia temui, memperhalus perasaan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, agar bisa merdeka diri dari kebodohan.

Berdasarkan laporan statistik indonesia per tahun 2022, terdapat 394.708 unit sekolah, mulai dari raudatul athfal (ra) sampai dengan sekolah menengah atas (sma). Terdapat sebanyak 3.107 perguruan tinggi yang tersebar di seluruh indonesia. Namun jumlah ini menurun 0,25% dari tahun sebelum nya, sebanyak 2.982 merupkan perguruan tinggi swasta, sisanya sebanyak 125 unit merupakan perguruan tinggi negri.

Dari data di atas dapat kita lihat, beberapa tahun terakhir pembangunan lembaga pendidikan di Indonesia lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumya, dan banyak sekolah-sekolah yang berkualitas, terutama sekolah swasta. Seiring berkembangnya cara berfikir, tentu setiap orang tua ingin menyekolahkan anaknya di tempat yang berkualitas, baik itu sekolah swasta maupun negeri.

Banyaknya lembaga pendidikan tentu akan membantu perkembangan pendidikan di Indonesia, akan tetapi fakta nya berbalik arah, bahkan baru-baru ini lembaga pendidikan Indonesia dihebohkan dengan urutan minat baca yang menempati peringkat ke-62 dari 70 negara. Ada banyak kesalahan lembaga pendidikan sehingga tidak mampu memberikan perkembangan di dunia pendidikan.

Yang pertama, lembaga pendidikan di Indonesia tidak menyediakan guru yang berkualitas, sehingga metode dan cara belajarnya tidak bisa berkembang. Hadirnya guru yang kurang berkualitas membuat semangat belajar peserta didik berkurang, dilihat dari fakta ini pendidikan di indonesia membutuhkan guru yang kreatif dan inovatif, yang mampu membangun semangat belajar generasi.

Berdasarkan Hasil dari Uji Kompetensi Guru (UKG) dari tahun 2012-2015, sekitar 81% guru di Indonesia nilainya tidak mecapai nilai minimum. UKG sendiri merupakan salah satu evaluasi untuk mengukur kompetensi guru dan yang dinilai adalah penguasaan kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kemampuan guru dalam menyiapkan strategi belajar untuk siswa dan mengelola kelas, pemahaman atas mata pelajaran yang diampu serta kemampuan guru dalam mengevaluasi pembelajaran.

Yang kedua, pembayaran SPP yang terlalu tinggi, pembayaran SPP yang terlalu tinggi membuat masyarakat ekonomi menengah kebawah kesulitan untuk lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa pendidikan di indonesia belum bisa dirasakan oleh seluruh warga indonesia, padahal dalam undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 tertera jelas bahwa pendidikan harus dirasakan oleh seluruh warga indonesia, yang dimana pemerintah harus memenuhi hak atas setiap pendidikan warga negara.

Negara memang sudah menyediakan banyak sekolah negri yang gratis, akan tetapi kualitasnya kurang. Bahkan ketika ingin menempuh bangku sma ternama kalangan bawah harus menyogok uang kepada guru-guru. Fakta ini sangat miris dan sulit untuk diperbaiki. Biaya pendidikan perguruan tinggi negeri maupun swasta sangatlah mahal, sehingga banyak anak bangsa yang tidak melanjutkan pendidikan nya sampai jenjang sarjana. Banyak sekolah kedinasan sampai dengan biasiswa yang di tawarkan di indonesia yang membantu untuk biaya pendidikan, tetapi kalangan ekonomi menengah tidak memiliki semangat untuk melanjutkn pendidikan, di karenakan mereka di sibukkan untuk mencari biaya hidup.
Mahalnya biaya pendidikan sangat berdampak buruk untuk kemajuan sumber daya manusia, salah satu dampaknya yaitu anak putus sekolah, usia yang dikatakan cukup untuk duduk di bangku sekolah malah mereka fokus mencari nafkah.

“Dikutip dari kompas.com puluhan ribu anak putus sekolah karna tidak adanya biaya pendidikan, lebih-lebih saat pandemi covid-19. Pada akhir tahun 2021, Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat, ada 38.116 siswa SD dan 15.042 siswa SMP putus sekolah. Dari data ini, untuk jenjang wajib belajar SD-SMP terindikasi 53.758 siswa putus sekolah. Adapun, di jenjang SMA dan SMK sebanyak 22.085 siswa putus sekolah. Bahkan ada anak yang hampi tamat sekolah tetapi putus di tengah jalan karna membantu neneknya mencari nafkah.

Hal ini membuat semangat generasi serta masyaraka awam dalam menempuh dunia pendidikan berkurang. Dikarenakan tuntutan ekonomi yang terlalu tinggi membuat mereka memilih untuk tidak sekolah, ditambah lagi dengan dunia pendidikan yang tidak menjamin pekerjaan setelah lulus. Bahkan ada beberapa sekolah yang cukup dikataka berkualitas akan tetapi SPP nya telalu tinggi,sehingga murid yang ekenomi menengah kebawah tidak bisa menempati sekolah tersebut.

Berdasarkan data yang di keluarkan oleh BKKBN hanya 8,5 % warga Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana. Angka putus sekolah di indonesia naik 10 kali lipat selama pandemi covid-19.

Berdasarkanan berita yang dirilis oleh Bisnis.com komisi perlindungan anak Indonesia mengungkapkan bahwa beberapa anak putus sekolah, karna harus bekerja membantu keuangan keluarga dan bahkan ada yang harus nikah muda.

Yang ketiga, menjadikan pendidikan sebagai ladang bisnis, banyak lembaga pendidikan memdirikan unit-uniit usaha seperti Rumah sakit, Pom bensin, lembaga kursus, hotel dan lain sebagainya. Namun, fasilitas tersebut tidaak bisa dirasakan langsung oleh peserta didik, dan kadang keuntungan masuk ke kantong pribadi para petinggi yang ada di masing-masig lembaga pendidikan.

Selain itu, lembaga pendidikan terlalu mementingkan ketenaran nama di media sosial di banding mempersiapkan kualitas lembaga dan peserta didik, bahkan lembaga pendidikan rela mengeluarkan dana yang besar untuk membayar lembaga rengking dan media ternama demi mempromosikan lembaga tanpa memikirkan kualitas peserta didik.

Yang keempat, kurangnya bantuan pemerintah dalam mewujudkan cita-cita pemuda yang kreatif. Seiring berkembang nya zaman banyak warga indonesia yang menempuh pendidikan diluar negri, bahkan mereka mengikuti program pertukan pemuda antar negara. Dalam menjalani program mereka banyak belajar mengenai pendidikan, lingkungan, dan banyak hal lainnya.

Tentu ilmu serta ide yang didapatkan oleh warga indonesia yang mengunjungi negara lain akan membantu pembangunan negara indonesia.

Akan tetapi itu semua hanya berhenti di ide dan gagasan saja, ada seorang pemuda dari Dompu NTB yang mengikuti program pertukaran pemuda di Malaysia pada tahun 2009.

Seusainya ia mengikuti program lahirlah sebua ide untuk membangun sekolah yang dibayar dengan sampah yang bertujuan untuk menyelamatkan lingkungan dan mempermudah kalangan ekonomi menengah kebawah, akan tetapi ide tersebut tidak ada dukungan dari pemerintah. Ketika proses pembangunan sekolah tidak ada bantuan dari pemerintah sampai dengan pengajuan akreditasi sekolah, bahkan mereka dipersulit, ketika proses pembangunan yang mendonasi sekolah tersebut adalah kenalan nya diluar negri.

Yang kelima, melibatkan politik dalam dunia pendidikan, sebagai contoh setiap pergantian presiden maupun menteri pasti akan disertai dengan perubahan kurikulum, Indonesia sudah mengalami 11 kali perubahan kurikulum. Pendidik dan peserta didik yang seharusnya fokus untuk memahami materi menjadi di sibukkan dengan memahami kurikulum terbaru.

Beginilah nasib Indonesia yang katanya ingin memajukan negaranya tetapi hanya sebatas omongan saja, Kurikul baru, buku baru dan program baru. Saat ini kita sedang merasakan kurikul merdeka belajar, kurikulum yang dirasa sudah cukup bagus di rancang oleh mentri pendidikan Nadiem Makarim.

Dari permasalahan di atas dapat kita lihat bahwa ilmu pengetahuan diciptakan untuk memudahkan kehidupan manusia, akan tetapi dalam sejarah hidup manusia ilmu pengetahuan justru lebih sering menjadi bencana untuk manusia, slembaga pendidikan di indonesia sangat mengalami kemunduran. Kita tidak tahu sampai kapan permasalahan ini berakhir, dalam pandangan penulis permasalahan ini akan berakhir ketika semua permasalahan di atas terselesaikan, dengan adanya penyelesaian secara bertahap akan sedikit memajukan lembaga pendidikan diindonesia.

Pendidikan merupakan tempat pertama dalam mencetak generasi, pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dalam diri seseorang agar menjadi pribadi yang mandiri justru malah memberatkan setiap insan, dengan banyaknya lembaga pendidikan di Indonesia tidak dapat menjamin kemajuan untuk sistem pendidikan di indonesia, kurikulum yang terus berganti cukup menghambat kemajuan pendidikan Indonesia.

Banyaknya lembaga pendidikan tidak menjamin kualitas pendidikan yang ada di iindonesia, pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsah malah sebaliknya, banyak sekolah negri maupun swasta yang bahkan menghasilkan murid yang tidak memiliki skill dan tujuan mereka sekolah hanya mencari jembatan untuk mendapatkan pekerjaan.

Banyak sekolah yang berkualitaas dan bahkan menghasilkan generasi yang unggul, akan tetapi sekolah-sekolah ini hanya untuk orang yang memiliki ekonomi tinggi, lebih-lebih perguruan tinggi, mereka memiliki visi dan misi yang sangat bagus untuk mendapatkan peminat yang banyak, perguruan tinggi selalu menaikan uang kuliah setiap tahunnnya tanpa diimbangi dengan kualitas pengajar hanya. Dunia perguruan tinggi berlimba-lomba membangun gedung-gedung pencakar langit, sedangkan mereka lupa memikirkan bagaimana anak bangsa yang tidak bisa merasakan dunia pendidikan, saat lembaga pendidikan hadir untuk memberikan ruang bagi seluruh anak bangsa yang ingin mengeyam pendidikan, baik di tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

***

BERITA TERKAIT

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img
- Advertisment -spot_img

BERITA Popular

Recent Comments

error: Content is protected !!